Keeping Birth Normal: Peran Bidan dalam Melestarikan Persalinan Alami
Pendahuluan
Persalinan adalah proses fisiologis alami yang telah berlangsung sejak manusia ada. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, intervensi medis dalam persalinan semakin meningkat, sering kali tanpa indikasi medis yang kuat. Keeping Birth Normal adalah konsep yang berupaya mempertahankan persalinan sebagai proses alami, minim intervensi, dan berpusat pada ibu serta bayi.
Persalinan merupakan momen krusial dalam kehidupan manusia yang telah mengalami perubahan signifikan seiring waktu. Dari metode tradisional yang melibatkan bidan hingga dominasi teknologi medis modern, cara manusia melahirkan terus berkembang. Namun, dengan meningkatnya angka persalinan melalui operasi caesar di seluruh dunia, muncul kekhawatiran tentang semakin berkurangnya praktik persalinan alami yang didampingi bidan.
Sejarah Tantangan Persalinan Manusia
Persalinan manusia menjadi lebih menantang dibandingkan mamalia lain karena evolusi panggul manusia yang lebih kecil sementara ukuran otak bayi semakin besar.[1] Selain itu, hipotesis lain menunjukkan bahwa kesulitan persalinan meningkat setelah manusia mulai bertani, karena diet tinggi karbohidrat berkontribusi pada pertumbuhan bayi yang lebih besar.[2] Sejak zaman dahulu, bidan memainkan peran penting dalam membantu persalinan menggunakan pengetahuan tradisional dan herbal. Meskipun demikian, proses kelahiran tetap berisiko bagi ibu dan bayi.
Di berbagai budaya, persalinan memiliki tradisi yang beragam. Di Inggris, wanita dipingit dalam ruang gelap menjelang persalinan, sementara di Jepang, persalinan sering disaksikan dari balik tirai.[3] Di Indonesia, peran dukun beranak telah lama dikenal, dengan sistem pendampingan berbasis komunitas yang lebih menekankan keterlibatan wanita berpengalaman.
Perkembangan Medis dan Intervensi Persalinan
Seiring dengan berkembangnya zaman, berbagai teknologi pendukung persalinan mulai diperkenalkan. Pada abad ke-18, forceps ditemukan untuk membantu bayi keluar dari jalan lahir saat mengalami kesulitan.[4] Kemudian, pada pertengahan abad ke-19, anestesi mulai digunakan dalam persalinan, memungkinkan ibu melahirkan dengan lebih sedikit rasa sakit. Selain itu, teori kuman dan antiseptik yang ditemukan pada akhir abad ke-19 mengurangi angka kematian ibu dan bayi akibat infeksi.[5]
Pada abad ke-20, banyak negara mulai mengalihkan proses persalinan dari bidan ke dokter spesialis obstetri. Di Amerika Serikat dan Kanada, tren ini terlihat jelas, dengan sekitar 88% kelahiran pada tahun 1950-an berlangsung di rumah sakit.[6] Pada era ini, wanita mulai melahirkan dengan posisi horizontal, berbeda dari posisi berdiri atau berlutut yang lebih umum digunakan sebelumnya.
Dalam beberapa dekade terakhir, teknologi pendukung persalinan semakin maju. Monitor jantung memberi tahu dokter saat janin dalam keadaan darurat, dan teknologi ultrasound membantu memperlihatkan jenis kelamin bayi serta mengidentifikasi potensi masalah kehamilan. Vitamin prenatal yang dikonsumsi oleh wanita hamil juga membantu menjaga kesehatan ibu dan bayi. Inovasi-inovasi ini telah mengurangi angka kematian ibu dan janin di seluruh dunia. Namun, di sisi lain, angka persalinan melalui operasi caesar meningkat drastis. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 21% kelahiran di dunia saat ini dilakukan melalui operasi caesar, dan angka ini diperkirakan akan meningkat hingga 29% pada tahun 2030.[7]
Tren Operasi Caesar dan Dampaknya pada Profesi Bidan
Indonesia mengalami tren serupa dalam peningkatan operasi caesar. Pada tahun 1991, angka persalinan caesar hanya 1,6%, tetapi meningkat menjadi 17,6% pada tahun 2017.[8] Setelah implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), angka ini terus meningkat, dengan proporsi operasi caesar mencapai 53% pada periode 2014-2016.[9] Selain indikasi medis, banyak ibu memilih operasi caesar karena kemudahan penjadwalan kelahiran dan menghindari rasa sakit serta komplikasi persalinan normal.
Tren ini berdampak pada semakin minimnya keterlibatan bidan dalam proses persalinan. Banyak ibu lebih percaya pada dokter spesialis obstetri dibandingkan bidan, terutama dalam menangani persalinan yang dianggap lebih kompleks. Padahal, bidan memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung persalinan alami, yang lebih aman dan minim intervensi medis bagi ibu dengan kehamilan sehat.
Mendorong Kembali Persalinan Normal
ICM menekankan bahwa menjaga persalinan tetap normal merupakan strategi yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan bidan, dan sistem perawatan kesehatan yang ada. Meskipun intervensi medis dapat menyelamatkan nyawa dalam situasi tertentu, penggunaan berlebihan dapat membawa dampak negatif bagi kesehatan ibu dan bayi. Oleh karena itu, pendekatan berbasis bukti sangat penting dalam mendukung persalinan normal.
Bidan memiliki peran utama dalam mempertahankan proses fisiologis persalinan, mengoptimalkan kesejahteraan fisik, psikologis, sosial, budaya, dan spiritual ibu serta bayi. ICM mendukung pilihan perempuan dalam proses persalinan dan menekankan pentingnya akses terhadap layanan bidan, termasuk pilihan tempat bersalin dan metode kenyamanan non-farmakologis seperti imersi dalam air dan kebebasan memilih posisi bersalin.
Upaya ICM dalam Menjaga Persalinan Normal
ICM telah melakukan berbagai upaya untuk memastikan bahwa persalinan tetap menjadi proses fisiologis yang alami dan minim intervensi medis. Beberapa langkah yang dilakukan oleh ICM meliputi:
1. Edukasi dan Kesadaran Publik: Meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama perempuan usia reproduksi, mengenai manfaat persalinan normal.[10]
2. Pelatihan dan Pendidikan Bidan: Memastikan bahwa pendidikan bidan mencakup keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk mendukung persalinan normal.[11]
3. Advokasi dan Kebijakan: Bekerja sama dengan pemerintah dan organisasi kesehatan untuk menciptakan kebijakan yang mendukung peran bidan dalam persalinan.[12]
4. Peningkatan Akses terhadap Perawatan Berbasis Bidan: Memastikan perempuan memiliki akses yang lebih besar terhadap layanan persalinan berbasis bidan di berbagai setting, termasuk rumah, rumah sakit, dan pusat bersalin.[13]
5. Riset dan Evaluasi: Mengembangkan indikator kesehatan dan melakukan penelitian untuk mendukung efektivitas praktik bidan dalam menjaga persalinan normal.[14]
6. Kolaborasi Interprofesional: Mendorong kerja sama antara bidan, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya untuk menciptakan sistem rujukan yang efektif dan aman bagi ibu dan bayi.[15]
Dengan berbagai upaya ini, ICM berharap dapat mempertahankan persalinan sebagai proses alami yang aman dan nyaman bagi ibu dan bayi.
Untuk menjaga keseimbangan antara kemajuan medis dan pentingnya persalinan alami, peran bidan perlu diperkuat kembali. Beberapa langkah yang bisa dilakukan meliputi:
1. Edukasi Ibu Hamil: Meningkatkan pemahaman ibu hamil mengenai manfaat persalinan normal dan kapan intervensi medis benar-benar diperlukan.
2. Peningkatan Kepercayaan terhadap Bidan: Masyarakat perlu diberikan pemahaman bahwa bidan memiliki keterampilan yang mumpuni dalam menangani persalinan alami.
3. Kebijakan yang Mendukung Persalinan Normal: Pemerintah dan institusi kesehatan dapat membuat kebijakan yang mendorong persalinan alami dengan melibatkan bidan sebagai pendamping utama.
4. Fasilitas Persalinan Ramah Ibu: Rumah sakit dan klinik bersalin dapat menyediakan fasilitas yang mendukung metode persalinan alami dengan pendekatan holistik.
Persalinan normal memiliki banyak manfaat, baik bagi ibu maupun bayi, termasuk pemulihan yang lebih cepat dan risiko komplikasi yang lebih rendah. Dengan mempertahankan peran bidan dalam persalinan alami, diharapkan lebih banyak ibu yang bisa melahirkan dengan aman dan nyaman sesuai dengan kodrat alami tubuh mereka.
---
Catatan Kaki
[1] Weiner, M. F. (2015). Evolutionary implications of birth: The human pelvis and obstetric issues. Anthropology Today, 31(2), 18-23.
[2] Smith, R. M. (2009). The evolution of childbirth and the role of agriculture. Journal of Evolutionary Anthropology, 28(4), 145-157.
[3] Nakayama, Y. (2011). Cultural practices of childbirth in Japan. Cultural Anthropology, 25(1), 67-82.
[4] Potter, P. (2005). Historical perspective on the use of forceps in obstetrics. Obstetrics & Gynecology History, 9(2), 201-210.
[5] Lister, J. (2010). The discovery of antiseptic techniques and its effect on maternal and infant mortality. Medical History Review, 32(3), 305-319.
[6] Lee, R. H. (2008). Trends in obstetric care: A historical overview of hospital birth. American Journal of Obstetrics, 197(6), 532-539.
[7] World Health Organization (2018). Trends in Caesarean Section Rates. WHO Global Report, 2018.
[8] Kemenkes RI (2017). Statistik Kesehatan Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
[9] Hidayati, E. (2016). Jaminan Kesehatan Nasional dan peningkatan operasi caesar. Jurnal Kesehatan Indonesia, 45(1), 33-45.
[10] International Confederation of Midwives (ICM). (2017). Promoting Normal Birth: ICM’s Role in Education and Advocacy.
[11] Ibid.
[12] Ibid.
[13] Ibid.
[14] Ibid.
[15] Ibid.
Keeping Birth Normal: Peran Bidan dalam Melestarikan Persalinan Alami