Skip ke Konten

Lahiran Normal, Minim Trauma, Minim Robekan

16 Februari 2025 oleh
Jastitahn
| Belum ada komentar

Setelah tidak menulis beberapa lama, finally i’m back! Kali ini aku mau berbagi pengalamanku tentang melahirkan anak pertama yang sungguh luar biasa xixie jangan bosen yaa bacanya 🙂

Menjalankan proses kehamilan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Segala hal yang dilewati selama sembilan bulan rasanya cukup nano-nano. Namun akhirnya semua bisa terlewati dengan cukup baik. Thanks God!

Didalam prosesnya, tentu aku dan suami jadi belajar banyak hal. Hal tentang apa dan bagaimana yang bisa atau harus kami lakukan. Hingga yang tidak ketinggalan adalah memilih proses persalinan dan mencari provider yang tepat.

Dari awal aku menginginkan untuk bisa lahiran secara normal pervaginam, diikuti dengan metode gentle birth. Setelah melakukan beberapa riset, akhirnya kami menemukan sebuah Klinik Bidan Pribadi yang sesuai dengan keinginanku. Fyi, Gentle Birth adalah filosofi persalinan yang meminimalkan rasa sakit ibu yang sedang melahirkan dengan melakukan proses persalinan dengan tenang dan penuh kelembutan. Klinik yang kami temukan adalah Klinik Bidan Novayanti.

Klinik Bidan Novayanti jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalku, yaitu sekitar 10 KM yang waktu tempuhnya sekitar 30-40 menit. Awalnya kami memikirkan masalah jarak ini, namun setelah mecoba datang, bertemu dan berdiskusi panjang lebar dengan Bidan Nova, kami merasa klik! Yaa, kami merasa nyaman. Tanpa berpikir panjang, kami akhirnya menjadikan Klinik Bidan Novayanti ini sebagai tempat aku bersalin. Kami pun mulai rajin melakukan pemeriksaan kehamilan sejak usia kehamilanku 28 minggu.

19 Juli 2024

Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Memasuki usia kehamilan 39 minggu, tepatnya pada hari Jumat, 19 Juli 2024, keluarlah mucus plug. Mucus plug adalah lendir berwarna bening keruh atau merah jambu. Dari yang aku baca, hal ini menandakan bahwa mulut rahim mulai membuka dan tanda persalinan semakin mendekat. Namun, pada hari itu, kontraksi yang aku rasakan masih belum intens. Kadang ada beberapa menit sekali, lalu tiba-tiba hilang. Kontraksi yang aku rasakan masih bisa dikatakan sebagai kontraksi palsu.

Walaupun rasanya sudah tidak nyaman, aku masih mengajak suamiku untuk jalan-jalan ke mall dan makan makanan yang aku inginkan. Namun, tanda-tanda kontraksi asli tak kunjung datang. Suamiku cukup santai dengan keadaan ini, karena dia percaya bahwa proses persalinan terjadi secara alami. Dan bayi itu pintar; ia tahu kapan harus keluar dari perut ibunya.

23 Juli 2024

Selasa, 23 Juli 2024, sekitar jam 3 pagi, aku merasakan kekuatan kontraksi yang levelnya meningkat dari sebelumnya. Mungkin intervalnya sudah 10 menit sekali. Namun, aku masih bisa menahan rasa nyerinya sampai dengan subuh. Setelah itu, kami memutuskan untuk berangkat ke klinik. Dan yap benar, ketika dilakukan pemeriksaan dalam, ternyata sudah pembukaan 1 yang longgar menuju 2.

MasyaAllah.. tanda adik mau lahir sudah semakin dekat. Akhirnya, kami stay di bidan untuk bersiap diri. Para Bidan yang bertugas, benar-benar mendampingiku; menghitung kontraksiku setiap jam, melakukan pengecekan tensiku dan detak jantung adek secara berkala, serta hal-hal lainnya. Kami sudah cukup excited, berharap bisa bertemu adik segera.

Setelah menunggu sampai sore hari, kontraksiku nyatanya masih berantakan, dan pembukaan pun rasanya belum juga bertambah. Aku dan suami akhirnya berdiskusi untuk pulang dan menunggu dirumah. Bidan pun mengizinkan, karena fase laten ini bisa berlangsung dalam waktu yang lama, apalagi untuk anak pertama, dan itu adalah hal yang normal. Semua Bidan disini benar-benar santai, dan aku pun jadi (sedikit) ikut terbawa santai, sambil tetap mengafirmasi positif kepada diri sendiri bahwa aku kuat, aku bisa.

 

25 Juli 2024

Aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah ibuku. Keesokan harinya, kontraksiku masih belum intens. Sampai tiba di hari Kamis, 25 Juli, pukul 1 malam, kontraksiku semakin kuat, bahkan rasanya semakin rapat jaraknya. Berkali-kali aku terbangun karena merasakan nyeri yang sangat tidak nyaman. Namun entah bagaimana, aku masih kuat menahannya, padahal rasa nyerinya tidak hilang sampai pagi hari, dan aku mulai banyak mengeluarkan keringat sebesar jagung.

Paginya, kami pun bersiap untuk ke Bidan. Anehnya aku masih sanggup untuk mandi dengan air hangat, lalu masih sempat sarapan buatan ibuku. Perjalanan menuju bidan cukup lancar karena kami berangkat di pagi hari. Begitu sampai di klinik, Bidan langsung melakukan pemeriksaan dalam. Dan ternyata sudah pembukaan 9 dan air ketubanku belum pecah. MasyaAllah.. disitu aku dan suami kaget. Kok bisa tubuhku masih kuat menahan kontraksi yang sedang sakit-sakitnya ini?

Umumnya, dari pembukaan 9 ke proses melahirkan hanya tinggal beberapa saat lagi. Namun aku mengalami masalah yang membuat proses persalinanku menjadi lebih lama. Kepala bayi yang seharusnya berada lurus seperti jam 6, namun posisinya justru berada di jam 5. Hal ini yang membuat bayi belum juga turun kebawah. Para Bidan dengan sigap melakukan berbagai hal untuk mengoptimalkan posisi janin, seperti melakukan Rebozo setiap kali aku merasakan kontraksi, melakukan Side Lying Release (SLR) selama 10 menit, dan lain-lain.

Akhirnya, posisi bayi mulai optimal, dan adik mulai turun secara perlahan. Di sinilah aku mulai melakukan proses mengedan atau mengejan berkali-kali. Jujur, rasanya capek sekali, bahkan aku sempat hilang fokus dan tertidur sejenak. Aku ditepuk dan dibangunkan oleh suamiku, hingga kemudian aku dipasangkan oksigen untuk membantuku bernapas. Setelah itu, tadaaaa! Adik berhasil lahir, dan tangisannya memecah keriuhan ruangan. MasyaAllah, aku dan suamiku menangis bahagia. Adik pun langsung diletakkan di dadaku, atau biasa disebut IMD (Inisiasi Menyusui Dini).

 

Setelah itu aku disuntik untuk dilakukan pengeluaran plasenta, dan kemudian di jahit. Alhamdulillah.. hanya satu jahitan. Aku sangat bersyukur bisa melaluinya, dengan minim robekan dan minim trauma. Alhamdulillah Adik dan Aku selamat & sehat.

Yang Aku Lakukan Menjelang Pesalinan

Memasuki usia kehamilan 36 minggu, aku melakukan banyak aktivitas untuk memudahkan proses persalinan. Hal ini aku lakukan juga untuk kebaikan dan kesehatan tubuhku. Berikut beberapa hal yang aku lakukan:

Power Walking

Power walking atau disebutnya jalan kaki cepat. Dimana power walking ini aku lakukan selama 10-15 menit setiap harinya. Walaupun sebenarnya akupun suka beberapa kali skip hehe. Aku kadang melakukannya sembari jalan-jalan di mall untuk menghilangkan kebosanan.

Main Gymball

Main gymball sudah aku lakukan sejak memasuki kehamilan trimester 3. Setiap harinya selalu aku sempatkan untuk melakukannya. Kadang aku lakukan sambil nonton drama korea, sambil main hp, dan kegiatan lainnya.

Prenatal Yoga

Senam Yoga pun aku lakukan sejak usia kehamilanku 28 minggu. Aku usahakan datang ke klinik seminggu atau dua minggu sekali, dan melakukannya dirumah secara rutin 2-3 kali seminggu. Tentu hal ini sangat membantu untuk melenturkan anggota tubuhku, dan membantu membuka panggul lebih lebar sebagai jalan lahirnya adek.

Hypnobirthing

Hypnobirthing adalah teknik relaksasi dan self-hypnosis yang melibatkan ibu hamil merasakan relaksasi yang mendalam agar proses persalinan dapat terasa lebih nyaman. Teknik ini aku lakukan setiap hari untuk membantuku lebih rileks dalam mempersiapkan persalinan.

Pijat Perineum

Pijat perineum adalah teknik memijat area antara vagina dan anus untuk meningkatkan aliran darah dan elastisitas perineum, serta membuat otot-otot jalan lahir lebih lentur. Pijat perineum juga aku lakukan ketika usia kehamilan 36 minggu, dibantu oleh suamiku selama kurang lebih 10 menit.

Melatih Teknik Pernapasan

Melatih teknik pernapasan wajib dilakukan oleh ibu hamil, terutama teknik pernapasan perut. Pernapasan ini berguna saat menjelang atau dalam proses persalinan. Dengan melakukan teknik pernapasan perut, akan meringankan nyeri kontraksi yang sedang berlangsung.

Melakukan Moxa Therapy

Moxa Terapi adalah sebuah terapi yang dilakukan untuk merangsang bayi di dalam kandungan dan sebagai induksi alami yang dapat mempercepat proses kelahiran. Terapi ini dilakukan satu sampai dua kali sehari hingga menjelang persalinan.

Penutup

Begitulah cerita dan pengalamanku melahirkan anak pertama secara normal pervaginam. Rasanya luar biasa sekali. Masih tidak terbayangkan bayi yang beratnya 3 kg ini keluar dari perutku secara perlahan. MasyaAllah.. sungguh hebat kuasa-Nya.

Nyatanya, kehamilan & persalinan adalah tentang kesiapan fisik & mental. Nyatanya, kehamilan & persalinan adalah perjalanan spiritual untuk aku bisa belajar tenang, kesabaran, kekuatan dan cinta.

Nyatanya, melahirkan normal pervaginam tidak semenyeramkan itu.

 

Aku bangga pada diriku. Bahkan ketika menuliskan cerita ini, aku meneteskan air mata mengingat momen-momen yang mungkin tidak akan terlupakan.

Terimakasih Bidan Nova yang selalu memberiku semangat dalam menjalani proses kehamilan ini dan sabar dalam membantu proses persalinanku yang sungguh panjang. Terimakasih juga Bidan Angel, Bidan Lilis dan Bidan Clara yang selalu menemaniku dalam setiap tahap persalinan yang aku alami.

 

Cheers,

 

Jastitahn

Masuk untuk meninggalkan komentar